Selasa, 27 Mei 2014

Ujung Pena

Penaku sudah aku runcingkan
Garis tipis tak beraturan
membentuk sebidang abstrak kecil
di pojok kiri baris pertama portofolio
Apa yang hendak aku tulis,
aku tak tahu
Untuk memulai kata saja aku tak mau,
tak bisa, karena pikiranku
semerawut berantakan.
Semua kata yang aku pilih
bermuara padamu,
Entah di karakter yang ke berapa
Selalu dan pasti berlabuh padamu
bahkan untuk sebuah makian
juga kutukan, semua sama,
apalagi yang indah-indah
yang manis-manis
Lalu buat apa aku hadirkan kertas
dan ujung pena ??

Aku coba tutup mataku,
bayangmu mengagetkan
Aku tajamkan telinga,
suaramu gemeresak
Aku hirup dalam udara,
aromamu semerbak
Aku diam,
Semuamu hadir...

Namamukah yang harus aku tulis?
Namamulah yang harus aku tulis?
Namamutah yang harus aku tulis?
Manis...

Lalu setelah itu, biarlah Pena
yang menerus...




Senin, 26 Mei 2014

Sebut

sebut saja Mad, mengenalnya karena keadaan, menjadi kawannya, sahabatnya, rivalnya, saudaranya, bukan karena darah atau pernikahan,
satu dua kita bicarakan, tertawakan, keluhkan
dan bagikan

sebutlah Mar, kakak wanitanya yang kuat dan lemah, karena memang begitulah wanita.
melewati banyak babak dalam hidupnya, sebagai seorang kakak buat adik-adik yang sangat ia cintai.
sebagai kekasih yang mencintai terkasihnya,
bertukar perasaan dan tawar-menawar masa lalu.
hormatku padanya.

sebut juga Mah, adik mereka yang aku beruntung bisa menganguminya, menyanyanginya dan mencintainya,
sebagai gadis yang rapuh dan tegar, yang memikat hatiku,
banyak pertanyaan di sela-sela gumannya.

lalu sebut Aku, yang sekarang berdiam di remang kamar dengan cahaya bulan yang menyeruak masuk kamar, temaram.
melakukan salah, membuat keadaaan jadi runyam dan serba salah.
aku akui kesalahanku mencintai.
mencintainya.
iya
kesalahanku mencintainya.