Senin, 21 April 2014

Ayah

Dalam gamang, aku tak bergeming
Menikmati secangkir malam
Pahit...
Kopiku tumpah membentuk angkasa
Dan di belahan bumi sana
Aku titipkan do'a
Di balik saku kemejamu,
Melekat juga aroma yang belum aku lupa.
Ayah...



Logika Terbalik

cup...cup...cup...
berhentilah menangis, manis !
aku tak bisa menghentikan
airmatamu di mataku

ingat waktu kamu tertawa !
lewat mulutku
menyenangkan, kan !?

waktu kamu sakit, aku yang harus minum obat
waktu aku lapar, kamu yang harus makan

tapi anehnya, kalau aku atau kamu menguap,
kita berdua merasa mengantuk

jangan-jangan kita sedang mimpi ??




Kamu yang ku baca


kamu adalah buku yang tiap hari aku bolak-balik halamannya.
yang selalu kubaca lembar-lembar barunya dan juga yang sudah-sudah,
karena kadang aku tak sempurna membacanya,
ada satu dua kata yang aku tak tahu maknanya,
satu dua kalimat yang aku tak faham maksudnya,
satu dua lembar yang luput terbaca.

kamu selalu kubaca.

kamu adalah buku yang tiap pagi ada di atas mejaku bertumpuk-serakan dengan buku yang lain,
tapi selalu kamulah yang pertama aku baca.
suatu waktu aku membacamu terasa semilir, di lain waktu aku bak mengecap getir.
dan kemanapun aku pergi selalu saja senandung lirih judulmu terbisik,
padahal aku tahu, aku tak pernah pergi kemana-mana selain bersamamu.
meski, hanya dengan mengingatmu.






Jumat, 18 April 2014

Surat Botol

Kamu tahu...

Aku tak pernah merasa menyesal dengan kamu, sama sekali, kecuali satu, kamu tak bisa bicara
dengan jujur, dengan lantang, dengan terang di depanku tentang apa yang kamu rasakan.

Selebihnya aku tak pernah menyesali apapun.
Aku tak pernah menyesal hanya bisa mendengar celotehmu tanpa bisa membalasnya dengan yang manis-manis.
Aku tak pernah menyesal ketika kamu berpaling saat suasana hatimu kacau.
Aku tak pernah menyesal ketika kamu mengutukku.

Aku tak pernah menyesal...

Aku tak pernah menyesal mengenalmu.
Pun, aku tak menyesal mencintaimu,
Aku merasa beruntung bisa mencintaimu.
Melihatmu tumbuh merekah, menjadi jelita, menjadi pelita.
Aku juga merasa beruntung bisa menunjukkan padamu dunia yang kau kira bukan tempatmu sebelumnya.
Dunia dimana kata yang kosong bisa sangat bermakna, sangat merubah dan sangat memukau.
Dunia dimana kenyataan menjadi bahan cerita, kehidupan menjadi guru semesta, dan alam menjadi alat menulis.
Aku merasa sangat beruntung, tak ada rasa sesal kecuali satu itu, kamu yang tak bisa lantang.

Aku tak akan berharap, apalagi yang muluk. selain karena kamu tak percaya harapan, juga bukan harapan yang membuat kita bertindak berbuat.
Keinginanlah yang memicu, yang memacu, yang memecut.
Aku ingatkan aku.
Inginku bukan inginmu,
Inginku berbeda dengan inginmu,
Inginku belum tentu inginmu.
Namun, biarkan kali ini aku ingin keinginanku menjadi inginmu.

Aku ingin kamu berkata Kata-kata, yang ketika kamu katakan Kata-kata itu di depanku, besok kau sudah perempuanku selamanya.




Senin, 07 April 2014

Kunyah-kunyah

Kau menemukan sebuah batu dijalan,
Kau yakin itu batu mulia
Dan kau yakin juga akan membuatmu mulia
Lalu kau kunyah
Sampai gigimu gemeretak, coba kau kunyah
Sampai gigimu rompalpun tetap kau kunyah
Sampai gigimu rontokpun masih kau kunyah
Sampai gigimupun terus kau kunyah
Hilang gigimu, kau kunyah gigi orang
Ambisimu masih lebih tinggi lagi
Kau ambil semua gigi orang yang kau temui
Kau ambil giginya, lalu kau kunyah
Kau kunyah sampai marem sambil merem
Lalu kau tersedak dan mati
Tahu-tahu kau sudah sebuah batu



Rindu yang Keji

Kita sudah lama berjarak
Jarak itu yang kita buat
Diantara jarak, ada simpul,
Bernama Rindu
Iya... Rindu
Simpul Rindu yg keji
Dan aku baru tahu, Rindu itu keji
Lalu sekarang aku merinduimu,,,


Bangun Pagi

Kau masih belajar berjalan ketika aku sudah bisa berlari,
Tapi ada pula yang sudah mati saat aku baru bisa makan sendiri
Apalah artinya takdir kalau cuma catatan kapan mati

Di mimpi
Yang mati hidup
Yang hidup mati

Apa kita masih bermimpi?