Segala sesuatu.
Pada waktunya, dengan caranya
Akan Datang
Seperti Kematian
Yang tak perlu kau lawan atau tantang
Dia akan pasti dan selalu menang
Banyuwangi 51216
Segala sesuatu.
Pada waktunya, dengan caranya
Akan Datang
Seperti Kematian
Yang tak perlu kau lawan atau tantang
Dia akan pasti dan selalu menang
Banyuwangi 51216
Akan kemana dendam dan benci membawaku?
Ke arah mana ketakutan menuntunku?
Aku bertanya dan menjawab
Aku berbicara dan mendengar
Semua katakatanya semu
Benarkah?
Kalau (pun) diarahkannya aku kepada kehancuran.
Bukankah kita semua memang menuju kesana...
Kepada kesirnaan (dan ketiadaan)____
Banyuwangi 51216
Kau...
Mulailah...
Selesailah...
Selasaikanlah.
Kau. Bertanyatanya tentang hatimu___
Mereka. Berduyunduyun datang dengan hatihati mereka yang retak___
Sebagian datang dengan tangan telangkup,
ditutupnya hati yang dibawanya.
Entah dalam bentuk apa
Tapi, Mereka tetap datang
Lalu, Kau. Masih bertanyatanya tentang hatimu yang kau, juga setan pun tak tahu.
Banyuwangi, 51216
Nanti kita jumpa lagi
Hujan
Turun dari langit
Rinai, jatuh dari sirap
Bau tanah dan air
Menyeruak Semerbak
Sukma bergemuruh,
menghitung senja, yang begitu-begitu saja
dari balik balkon, dari teras rumah
dari lantai 22, dari seberang lawang
sewindu dan sedasawarsa
-Azan berkumandang-, langit belum terang.
Ada yg menyendiri di kejauhan
Tenang mengenang menggenang
Jauh dia dikejauhan menyendiri
Gamang
Sendiri dia di kejauhan
Ucapannya tak terdengar,
Dia jauh dan sendiri
Omongan orang tak didengar
Jauh dia sendiri
Sendiri dia jauh
Dia jauh sendiri
Ma...
Ada lelaki yang mencintai wanita, dengan segenap hati, pikiran dan usahanya.
Mengutarakan niatannya mempersuntingnya dengan tulusnya
Dan Jawaban wanita adalah dengan mengusirnya dari rumahnya.
Maka, tinggi sekali wanita untuk lelaki ini menggapainya
Tinggi sekali dia
Sebegitu tingginya
Sebegitu meningginya dia
Tapi, Lelaki tidak bersedih,
Apa guna lelaki sedih?
Lelaki kehilangan orang yang tak mencintainya
Wanita kehilangan orang yang mencintainya
26052016
Ma__
Aku sudah merendah, rendah sampai menyentuh tanah.
Siapa lagi yang bisa menjatuhkanku?
Dan kamu, Ma__
Kamu tinggi, meninggi tinggi sekali.
Siapa lagi yang bisa mengapaimu?
1752016
Kita berdua tak pernah lebih dari dua titik embun sore,
Di antara asap yang mengepul dan peluh.
Di tengah segerombolan anjing hitam
Darimana kita datang di tengah hiruk pikuk jalanan dan asap kendaraan,
Kalian pun tak kan pernah tahu,
Pun, kalian tak kan pernah mau tahu.
Hujan hanya membawa hawa panas,
Tak lebih.
Kadang berasa asin.
Karena lumrah, tak pernah dipertanyakan.
Meskipun laut di kepala kita, langit di bawah telapak-telapak kaki surga.
Ibu datang membawa bekal,
Kebaikan yang tak lekang
Ayah pergi untuk kemudian kembali,
Ketabahan yang kekal
Dan kita berdua (masih) tak pernah lebih dari dua titik embun sore.
Untuk Sebuah Do'a yang tak pernah kau sematkan,
Apalagi Cinta?____
Untuk Hati yang tak pernah diikhlaskan mengikhlaskan?
Dan Jawaban dari pertanyaan yang tak sempat ditanyakan? yang tak pernah dipertanyakan?
KAMU____
Tak ada kata lagi untukmu
Habis sudah
Selesai
Tak ada lagi
Mawar di mejamu sudah layu,
Pun di kebunmu sudah kering
Dedaunnya gugur, rerantingnya patah
Tanahnya pecah
Hujan sudah berhenti sejak lama,
Kini kau merindu hujan
Bulirnya, rintiknya, rinainya
Kau rindu semua
Awan gelapnya, gemuruhnya, kilatnya
Membuatmu kangen
Ketika kau terpukur di ujung sofa
Yang menghadap jendela yang langsung
Ke langit
Tempat yang paling kau suka
Semua kau rindu
Semuanya
Segalanya
Lalu kini hanya ada getir
Bulan merah darah
Hilang di balik gumala
Di wajah, gulanamu bermukim
Di pori-pori
Di rambut, di kepala
Kering keringat
Kamu dihadapanku,
Lalu apa yang harus aku lakukan?
Kita hanya diam
Dan tatapan adalah hal yang paling kita hindari...