Rabu, 22 Januari 2014

Sinin (Bertahun)

“Sa’ah kam dilwa’ti ya amm?”

“Zayimbarih”

Dialog ringan pinggir jalan yang dipakai anak-anak main bola untuk pejalan kaki yang lewat tergesa, sebuah pertanyaan yang terlontar mungkin karena khawatir sudah terlalu lama mainnya dan takut omelan ibu dirumah atau sekedar mengingat waktu sholat yang hampir luput atau janji ketemu teman membahas PR matematika akhir pekan.

“Jam berapa sekarang?” sebuah pertanyaan lumrah yang sering kita dengar dimana-mana, entah dari siapa buat siapa, entah pula apa alasannya -selain yang zahir bertanya waktu itu-, bisa ditemui waktu kerja, di kuliah, di pasar, di masjid atau di jalanan biasanya.

Jawabannya macam-macam :
“Jam satu dua puluh empat menit”
“Jam setengah tujuh”
“Jam lima lewat seperempat”
“Jam sepuluh kurang sepertiga”
Atau semisalnya yang beragam sesuai waktu itu, bisa juga dijawab seperti pejalan kaki itu “Kayak kemaren”. Iya jam sore petang ini sama dengan sore kemarin.

Kita bisa jawab hari ini seperti kemarin, keadaan hari ini, suasana hati hari ini, cuaca juga -kalau bertepatan sama- kayak kemaren dan jawaban serupa untuk pertanyaan serupa.

Tapi kita tidak bisa menjawab dengan “Kayak besok”, karena jelas, itu apa yang masih samar, belum kita tahu, bahkan kita tidak tahu.

Hatim Ath-Tho’i pernah berkata : “Apalah artinya masa, melainkan hanya hari ini atau esok atau kemarin”

Hari ini boleh jadi kita senang tapi mungkin bukan berarti selamanya atau hari ini galau bukan juga kita akan lewati sisa hidup dengannya atau aku yang bilang cinta kau hari ini mungkin besok sudah lupa.

Kita tak bisa paksakan apa yang harus berlaku besok dan mesti terjadi, tapi apa yang akan terjadi besok, itu lain cerita. Ketika sebuah kata ketidakpastian dan ketidaktahuan mendorong untuk berbuat lebih dari yang diharap, pastinya bukan ilmu pasti yang harus selalu berbuah hasil. Hanya saja tidak tahu itu menguji.

Ah… sudahlah, seperti kata orang tadi waktu ditanya anak kecil “Om.. jam berapa sekarang?” dijawab “Kayak kemaren” lalu mereka kembali ke aktivitas masing-masing, main bola jalan terus, yang tergesa lebih tergesa lagi dan berlalu cepat-cepat. Aku pun tak mau menyisakan tanya buat besok yang belum datang kecuali satu “Kayaknya saya harus berbuat lebih, iya kan ?”

Selasa, 07 Januari 2014

Hujan Desember

Hujan bulan desember tahun ini turun terlalu sering dan terlalu lama
Tapi tetap, menghadirkan bau rindu yang sama-sama kita suka
Kalau-kalau hari ini akan selamanya
Sampai-sampai nyaris kita lupa kalau obat rindu itu bertemu
Kutunggu kau di pondokan arjuna

Agar ingat kalau kita pernah sama-sama rindu di suasana itu