Jumat, 28 Maret 2014

Karena

Manis...
Aku tak pernah selesai mendo'akanmu,
dan berterimakasih...
Sudah sudi singgah di hatiku,
Barang sejenak,
Karena (bagiku)
"Sejenak itu selamanya"
Karena (bagi kita)
Siapa yg tahu sedetik kemudian?
Karena (bagi siapapun)
Tak ada yg tahu rahasia Tuhan

Manis...
Terima kasih
Manis...
Bahagialah!
Manis...




Senin, 17 Maret 2014

Hei...

hei.. kau yang kurindu!
enyahlah dari hadapanku, hilanglah dari akalku!
menjauhlah...! aromamu masih semerbak, 
diamlah...! suaramu masih terngiang,
berpalinglah...! wajahmu masih terbayang.



Selasa, 11 Maret 2014

Bing...!

Kumandang kekal
Kupandang lekang
Parasmu datang
Lalu menghilang
Bilang !
Bilang !
Bila ?
Bing...*



*Bing adalah ning/neng dalam bahasa madura....




Minggu, 02 Maret 2014

Puspa dan Cantigi


Kamu melangkahkan kaki kirimu ke depan satu langkah, lalu yang kanan, kemudian berbalik membelakangi jalan makadam ini dan berjalan mundur.
berhenti sejenak lalu maju ke arahku dan berhenti. ku ambil jalan ke kiri mengikuti alur jalan ini, tapi kau tutupi. aku ambil jalan ke kanan kau tarik lengan jaketku.
kita berdua terhenti dan kau menyeringai. gingsulmu tampak jelas. Lucu.

ANGIN MENGHEMBUS ILALANG

"Kita tidak pernah menanam apa-apa, kita tidak pernah kehilangan apa-apa" lantang suaramu. aku tersenyum tipis, dan berlalu tiga langkah meninggalkanmu yang

masih jongkok memungut biji-biji puspa. apa kamu akan menanamnya di jalan? seperti hendak menabur benih nila di muara saja? Buat apa?
kamu bernyanyi lamat-lamat tapi masih bisa kudengar jelas, lalu bersiul dan beringsut ke arahku. apa karena malam? atau bulan yang tak terang? atau dingin?
kenapa kamu melakukan semua itu? maju selangkah, mundur selangkah, geser ke kanan/kiri sekali, sesekali kamu berhenti mendadak lalu berlari.

SUARA JANGKRIK BERTALU

Aku masih mengulum empat biji cantigi yang rasanya masam manis, dan walau dengan secangkir coklat, wajahmu masih kelihatan mengapur kedinginan,
tapi tidak binar matamu yang menyorotku tajam mengisyaratkan rasa puas dengan semuanya karena sebentar lagi usahamu terbayar.

LENGKINGAN ANJING SAYUP

Lalu tiba-tiba banyak orang berdiri berkerumun ke tempat yang lebih tinggi dan kamu malah menyisir jalan setapak menurun merendah.
Kamu duduk terdiam di atas padas, -tidak seperti sebelumnya- kali ini kamu senyap. Lalu dua bulir air-mata meleleh. aku tak bisa berbuat apa dan berkata apa,
Kata tak akan cukup untuk berkata kala itu.

HENING

Air-matamu makin deras dan ditambah sesegukanmu, aku makin bungkam.

" Sejenak ini adalah Selamanya " kataku.

Wajahmu merah padam mendengarnya, buru-buru kau seka airmata dan ingusmu lalu menatapku.
Berbarengan dengan pendar mentari, aku bisa lihat air-matamu dipadu dengan senyum manismu tidak pernah cocok. Lucu.