Sabtu, 03 Oktober 2015

Menualah kita...

Ada istri yang tak mau melepas lingkar lengan suaminya, sambil menatap menerawang jauh ke bawah, sesekali ujung matanya melirik ke sekitarnya, itu didalam lift.

Ada ibu-ibu senja yang keliling lobi hotel berkali, mencari-cari kemana bapak-bapak yang duduk di sampingnya selama perjalanan 10.000 kilometer dari sawah mereka.

Dan ada suami yang berusaha tegar walau tidak, menenangkan istrinya yang cemas, yang muntah di dalam bis, yang lupa nomer kamar hotel, yang menahan panjang antrian toilet.

Ada bapak-bapak yang tak bisa tidak khawatir, kemana ibu-ibunya pergi, jangan-jangan mereka tersesat, jangan-jangan mereka tak tahu jalan pulang, tak hafal jalan, sembari menanyai siapa saja yang ditemuinya.

Ada cinta yang tak lekang, untuk Tuhan dan kekasihnya tersayang, yang sudah menemani hari-harinya di ladang, di sawah, di kebun, di bawah terik matahari, di dingin malam,

Ada sayang yang tak usang, untuk Tuhan dan kekasihnya tersayang, yang selalu mau memahami, menemani dalam susah senang, yang mau menghabiskan waktu berkisah berkesah bercerita, sampai tua.

Wajah mereka kisut, kulit yang keriput, baju yang sama, membalut otot-oto yang kendur,,,
Tapi, ada cinta tulus yang tak perlu kita pertanyakan kapan surut.


Menualah kita bersama-sama, Manisku...