Jumat, 18 April 2014

Surat Botol

Kamu tahu...

Aku tak pernah merasa menyesal dengan kamu, sama sekali, kecuali satu, kamu tak bisa bicara
dengan jujur, dengan lantang, dengan terang di depanku tentang apa yang kamu rasakan.

Selebihnya aku tak pernah menyesali apapun.
Aku tak pernah menyesal hanya bisa mendengar celotehmu tanpa bisa membalasnya dengan yang manis-manis.
Aku tak pernah menyesal ketika kamu berpaling saat suasana hatimu kacau.
Aku tak pernah menyesal ketika kamu mengutukku.

Aku tak pernah menyesal...

Aku tak pernah menyesal mengenalmu.
Pun, aku tak menyesal mencintaimu,
Aku merasa beruntung bisa mencintaimu.
Melihatmu tumbuh merekah, menjadi jelita, menjadi pelita.
Aku juga merasa beruntung bisa menunjukkan padamu dunia yang kau kira bukan tempatmu sebelumnya.
Dunia dimana kata yang kosong bisa sangat bermakna, sangat merubah dan sangat memukau.
Dunia dimana kenyataan menjadi bahan cerita, kehidupan menjadi guru semesta, dan alam menjadi alat menulis.
Aku merasa sangat beruntung, tak ada rasa sesal kecuali satu itu, kamu yang tak bisa lantang.

Aku tak akan berharap, apalagi yang muluk. selain karena kamu tak percaya harapan, juga bukan harapan yang membuat kita bertindak berbuat.
Keinginanlah yang memicu, yang memacu, yang memecut.
Aku ingatkan aku.
Inginku bukan inginmu,
Inginku berbeda dengan inginmu,
Inginku belum tentu inginmu.
Namun, biarkan kali ini aku ingin keinginanku menjadi inginmu.

Aku ingin kamu berkata Kata-kata, yang ketika kamu katakan Kata-kata itu di depanku, besok kau sudah perempuanku selamanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar